Allah bersumpah empat kali dalam Al-Qur’an.
Digitren, Jakarta – Sebelum berpisah pada 2021, KH Cholil Nafis, Ketua Majelis Dakwah dan Ukuwah Majelis Ulama Indonesia, menjelaskan pentingnya menghargai dan memanfaatkan waktu untuk kebaikan. Pada Upacara Peringatan Nasional di Republik Tawiya, Allah SWT bersumpah setidaknya empat kali dalam Al-Qur’an.
Sumpah pertama adalah saat fajar. Sumpah ini mirip dengan awal kehidupan manusia, seringkali dipenuhi dengan harapan, tekad, dan semangat. Sekali lagi, Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat betapa bertekadnya hamba-Nya untuk menambah waktu mereka.
“Ini mirip dengan situasi yang kita alami sekarang sejak tahun baru, yang sering ditandai dengan harapan, tujuan, keputusan, dll. Tapi ingat, sukses yang baik adalah mereka yang mampu menggunakan waktunya untuk kebaikan dan kebaikan,” kata Kia Chol.
Yang kedua adalah sumpah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Waktu orang miskin adalah seperti waktu berbuah atau tinggi. Saat itu, Allah SWT berusaha mengingatkan manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan menggunakan waktu produktifnya untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama, dan negara.
Berikutnya adalah الْعَصْرِۙ (pada waktu atau sepuluh kali). Sepuluh kali, sering diartikan sebagai waktu istirahat, atau bisa disamakan dengan penuaan manusia. Umat manusia saat ini akan dipenuhi dengan air mata, penyesalan, dan kehilangan karena mereka hanya akan fokus mengejar dunia selama tahun-tahun produktif mereka, kecuali mereka selalu setia dan takut akan Tuhan dan selalu mengutamakan orang lain.
Sumpah Allah yang terakhir adalah الَّيْلِ (untuk malam hari). Malam yang digambarkan oleh Kaya Cholil adalah waktu sebelum kematian, dimana Allah (SWT) mengingatkan manusia akan kematian dunia dan mereka berkewajiban untuk bertanggung jawab atas semua ‘waktu’ yang mereka habiskan dalam hidup.
“Allah (swt) mengingatkan kita bahwa manusia tidak akan bertahan hidup, bahwa mereka tidak akan hidup selamanya sebagai orang muda, bahwa mereka tidak akan makmur selamanya karena akan tiba saatnya kita tertidur. Kita harus kembali ke paha kita.
“Makanya mari kita renungkan awal tahun, mengevaluasi pekerjaan yang telah kita lakukan, seberapa baik yang telah kita lakukan, seberapa buruk yang telah kita lakukan, seberapa sering kita mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berapa banyak waktu yang kita miliki. Kita abaikan. Kewajiban dan perintahnya,” sambungnya.
“Mari kita buat siklus ini lebih berharga dari apapun, karena waktu tidak bisa diulang dan perlu dilipatgandakan dengan rendah hati,” pungkasnya.
Saat ini belum tersedia komentar.